Diserbu Suporter Bola
Sedang membiasakan diri untuk selalu berpikir positif.
Baik untuk diri sendiri dan oranglain tentunya.
Sore tadi seperti biasa pulang ke rumah menggunakan kereta. Seperti biasa pula kereta Manggarai-Bekasi tidak pernah kosong, bahkan di hari Sabtu seperti hari ini. Karena enggan berdiri dan kepala yang sedang sakit, akhirnya memutuskan untuk ikut kereta menuju Jakarta Kota dan kembali ke Bekasi. Memakan waktu yang sangat lama, sekitar dua setengah jam. Perjalanan dihabiskan dengan tidur pulas agar sampai di rumah bisa kembali produktif bekerja.
Masih setengah tertidur, lamat-lamat terdengar suara pengumuman yang menyatakan bahwa kereta sudah tiba di stasiun akhir, stasiun Bekasi. Tidak lama terdengar suara ketukan kaca kereta dari luar, dilakukan berkali-kali. Mereka tertawa, bersorak, dan terlihat sangat heboh. Pendukung persija, sepertinya mereka habis menonton jagoannya yang tanding di Bekasi.
Sangat ramai, penuh dengan warna orange, anak-anak hingga orang dewasa. Mereka berteriak seru sambil memainkan drum besar yang mereka bawa. Entah apa tujuan mereka memukul kaca kereta yang hampir berhenti, yang pasti mereka terlihat bahagia. Dari dalam kereta terdengar suara orang-orang yang mulai bergumam dan risih melihat apa yang pasukan orange tersebut lakukan. Bahkan ada seorang anak yang berkata pada Ibu nya untuk turun terakhir, saat mereka sudah masuk ke dalam gerbong.
Kereta berhenti dan orang-orang didalam kereta mulai beteriak, beberapa terdengar marah dan tidak suka.
"Yang turun dulu, yang turun dulu!"
"awas awas!"
dan teriakkan lainnya.
Alih-alih merasa kesal, saya asyik memperhatikan mereka yang masih sibuk berteriak. Karena orang-orang di gerbong yang saya naiki tidak kunjung turum, akhirnya saya berpindah ke gerbong depan dan mencari celah agar bisa menerobos. Saya menjadi orang terakhir di gerbong yang menerobos turun.
Mereka berjumlah sangat banyak, siap menyerbu saya yang hanya seorang diri. Melihat situasi yang sangat tidak memungkinkan kalau saya mengalah, saya untuk pertama kalinya menyerbu mereka yang berjumlah banyak, mendorong, dan memaksa keluar. Biasanya saya membiarkan oranglain untuk jalan terlebih dahulu, malas bergesekan dan memungkinkan terjadinya cekcok.
Beberapa suara teriakan terdengar dari kerumunan.
"Eh.. cewe woi cewe, kasih jalan" tidak, mereka tetap menerobos masuk
Lalu saya mendorong mereka sambil berusaha keluar
"Nah iya kak gak apa apa kak, dorong aja kak dorong gak apa apa"
akhirnya saya berhasil keluar gerbong sambil tertawa. Mereka sungguh menarik.
Beberapa diantara mereka berdiri di gerbong perempuan dan membuat beberapa petugas kereta turun tangan untuk mengusir mereka dengan sedikit memaksa dan mendorong. Mereka hanya tertawa dan menyanyikan yel-yel yang mereka buat sambil terdengar suara drum yang entah berada di gerbong sebelah mana.
Orang-orang yang baru turun dari kereta terdengar semakin kesal, beberapa hujatan keluar, dan saya hanya tertawa.
Saat mendengar komentar salah satu dari mereka saat saya berusaha turun, entah mengapa saya menangkap kejadian tersebut sebagai suatu hal yang biasa saja. Menarik dan bukan sebuah masalah besar.
Hanya sekumpulan anak laki-laki muda, yang sedang berbahagia, datang ke sebuah Kota mendukung jagoanya yang mungkin hari itu menang. Mereka terlihat kompak, berteriak karena uforia kebersamaan. Memakai syal orange, baju bertuliskan persija. Beberapa menggunakan topi, mereka tertawa dan asik bersama-sama. Mereka hanya sekumpulan anak muda yang berbahagia dan memang sedikit menyalahi aturan. Pasti membuat orang dewasa kesal, karena mereka mengganggu dan untuk sebagian orang menyeramkan.
Mereka terlihat seperti remaja pada umumnya yang sedang mencari jati diri. Menyalahi aturan adalah suatu keharusan dan terlihat keren. Sudahlah, semua orang pasti pernah melalui masa itu, walau dengan kadar kenakalan yang berbeda-beda.
Sungguh. Berpikir positif menentramkan diri.
Lebih baik tertawa daripada harus marah dan membuang tenaga.
Mereka itu seru loh, kompak. Tertawa bahagia layaknya remaja yang beban hidupnya hanya sebatas 'mau makan apa'.