Phobia.
Phobia, an extreme or irrational fear of or aversion to something.
Dengerin podcast gw ngebahas soal phobia : https://open.spotify.com/episode/3CUpRBy5gM9PtuhLqim9s1?si=Xe4ajsfoQbqXEiP1BsRCKg
Fobia. Gimana rasanya punya fobia? Luar biasa menyiksa.
Fobia ini muncul sejak umur 3 tahun, mungkin kurang dari 3 tahun. Ketakutan berlebihan terhadap ayunan. Anak-anak usia 3 tahun biasanya sangat suka dengan ayunan, namun sebaliknya perasaan yang muncul ketika melihat ayunan adalah perasaan takut yang teramat mendalam hingga ingin menjauh dari objek yang membuat rasa takut tersebut muncul.
Dulu saat pertama kali masuk play group, usia 3 tahun, ayunan selalu menjadikan saya tidak fokus didalam kelas. Ayunan tersebut mengeluarkan bunyi "ngik ngik" dan bunyi tersebut selalu menjadi penyebab utama ketakutan itu muncul. Bisa dibayangkan bagaimana bunyi ayunan yang selalu terdengar dari dalam kelas selalu mengganggu saya untuk belajar. Beruntung jika mendapatkan kelas di bagian belakang, tetapi kalau kedapatan belajar dibagian depan dan dekat dengan posisi ayunan, habislah sudah. Jangankan untuk belajar, kepala tidak henti menengok untuk memastikan apakah ayunan tersebut bergerak. Tidak jarang telinga seperti mendengar bunyi ayunan dan ketika di cek ayunan tidak bergerak sama sekali.
Menganggu? Sangat mengganggu.
Dulu kalau tidak salah butuh waktu sekitar 8 bulan bagi saya untuk akhirnya terlepas dari sosok orangtua yang hadir didalam kelas. Saya selalu ingin ditemani oleh orangtua saya. Saya sedikit lupa apakah dulu saya menyebutkan penyebab ketakutan saya, tapi yang pasti sampai detik ini saya sangat bingung kenapa guru dan orangtua saya tidak pernah berpikir bahwa ketakutan yang saya miliki sudah mengganggu kehidupan sehari-hari saya dan perlu ditangani secepatnya. Ataupun jika mereka tidak tahu apa yang menjadi ketakutan saya, mereka tidak pernah mencari tahu :')
Ketakutan tersebut sepertinya dengan baik bisa ditangani. Dengan saya yang selalu menghindar dari ayunan. Karena buktinya terlepas dari 8 bulan, saya bisa belajar didalam kelas sendiri, walau tetap dengan perasaan was-was.
Beranjak dewasa sialnya ketakutan terhadap ayunan tidak kunjung usai, malah merambat ke banyak aspek lainnya. Ayunan yang bergerak saya asosiasikan dengan banyak hal yang juga bergerak. Sebagai contoh angin, saya takut dengan angin karena angin membuat benda-benda enteng berayun. Saat upacara bendera masa SMA, saya pasti ke toilet setidaknya satu kali karena merasa takut ketika tiba-tiba hari itu angin sedang berhembus kencang, atau karena bunyi bendera yang sedang berkibar.
Berada di mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, saya juga merasa takut. Apalagi kalau mobil berada di kawasan seperti puncak dengan jalan yang meliuk-liuk, habislah sudah. Tidak sampai disana, saya juga mengasosiasikan lagu dengan sesuatu yang berayun. Ketika lagu didengarkan, lagu memiliki tempo dan saya mengasosiasikan bahwa tempo lagu tersebut seolah sedang berayun.
Ya, fobia ini sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Saya harus susah payah meminta supir taxi untuk mencopot segala aksesoris di mobil yang menggelantung dan berayun. Saya harus merasa tertekan, takut, cemas bukan main, dan harus secepatnya pergi ke tempat tenang agar ketakutan tersebut hilang.
Kenapa bisa fobia ini muncul?
Ketika berusaha untuk melihat ulang masa lalu, sepertinya fobia ini muncul saat saya menaiki wahana kora-kora di Dufan dan wahana tersebut membuat saya merasa takut. Pertanyaanya "masa iya anak dibawah 3 tahun bisa naik kora-kora?" mengingat ketakutan saya muncul pada usia 3 tahun. Mungkin saja bisa. Apabila ketakutan saya terhadap ayunan bukan karena kora-kora di Dufan dan jika logikanya saya menaiki kora-kora di atas umur 3 tahun, maka seharusnya saya tidak mungkin mau menaiki kora-kora karena sejak umur 3 tahun untuk mendengar suara ayunan saja saya takut.
*update
Setelah saya telaah lebih dalam sepertinya penyebab awal fobia ini muncul bukanlah kora-kora, melainkan sirkus yang saya tonton pada saat saya masih kecil bersama kedua orangtua saya. Saya masih ingat saya menangis kencang karena melihat anggota sirkus berlaga di ayunan yang berayun panjang dari ujung ke ujung. Saya menangis dan minta keluar, namun orangtua saya sempat menahan saya hingga akhirnya kami keluar. Sejak saat itu saya takut dengan ayunan dan segala hal yang berayun.
Bagaimana perasaan orang yang memiliki fobia?
Se ta kut itu. Panik, cemas, takut, terancam, dan perasaan buruk lainnya. Fobia bukan sesuatu yang mudah bagi mereka yang memilikinya. Maka dari itu stop bercanda akan ketakutan oranglain, karena saya tahu betul rasanya takut dan selalu ingin kabur dari situasi yang saya takuti.
Saya merasa ketakutan yang saya miliki ini sangat amat menyusahkan. Apabila seseorang takut terhadap kucing, maka agar tidak takut langkah yang bisa diambil adalah tidak dekat-dekat dengan kucing atau menjauh ketika mulai melihat kucing dari kejauhan.
Tetapi bagaimana dengan angin? Dengan benda yang berayun? Seperti bendera? Daun? Pohon?
Sulit sekali untuk menghindari kondisi tersebut.
Ketika rasa takut muncul, apabila lari dari kondisi tersebut tidak memungkinkan maka yang saya lakukan adalah memberikan pikira positif seperti "gak apa-apa kok de, kenapa harus takut?/ bayangin ayunan nya udah patah jadi gak bisa goyang lagi/ emang ayunan berbahaya? kan gak, kenapa harus takut" dan pikiran tersebut membantu walau butuh proses yang cukup lama dan menyiksa. Cara lainnya adalah dengan menutup telinga (digunakan saat SD, saat ini sudah jarang). Karena bagi saya saat menutup telinga, saya tidak dapat mendengar apa-apa dan bagi saya perasaan yang muncul adalah rasa tenang, seolah-olah angin sudah tidak ada.
Kalau ada orang yang enggan menghilangkan rasa fobia, karena enggan dihadapi dengan apa yang ditakutkan, tapi..
S A Y A
S A N G A T
M E N G I N G I N K A N
T E R A P I
Sudah sangat mengganggu, sangat mengganggu.
Pesan moral bagi pembaca yang tidak memiliki fobia:
Fobia. Gimana rasanya punya fobia? Luar biasa menyiksa.
Fobia ini muncul sejak umur 3 tahun, mungkin kurang dari 3 tahun. Ketakutan berlebihan terhadap ayunan. Anak-anak usia 3 tahun biasanya sangat suka dengan ayunan, namun sebaliknya perasaan yang muncul ketika melihat ayunan adalah perasaan takut yang teramat mendalam hingga ingin menjauh dari objek yang membuat rasa takut tersebut muncul.
Dulu saat pertama kali masuk play group, usia 3 tahun, ayunan selalu menjadikan saya tidak fokus didalam kelas. Ayunan tersebut mengeluarkan bunyi "ngik ngik" dan bunyi tersebut selalu menjadi penyebab utama ketakutan itu muncul. Bisa dibayangkan bagaimana bunyi ayunan yang selalu terdengar dari dalam kelas selalu mengganggu saya untuk belajar. Beruntung jika mendapatkan kelas di bagian belakang, tetapi kalau kedapatan belajar dibagian depan dan dekat dengan posisi ayunan, habislah sudah. Jangankan untuk belajar, kepala tidak henti menengok untuk memastikan apakah ayunan tersebut bergerak. Tidak jarang telinga seperti mendengar bunyi ayunan dan ketika di cek ayunan tidak bergerak sama sekali.
Menganggu? Sangat mengganggu.
Dulu kalau tidak salah butuh waktu sekitar 8 bulan bagi saya untuk akhirnya terlepas dari sosok orangtua yang hadir didalam kelas. Saya selalu ingin ditemani oleh orangtua saya. Saya sedikit lupa apakah dulu saya menyebutkan penyebab ketakutan saya, tapi yang pasti sampai detik ini saya sangat bingung kenapa guru dan orangtua saya tidak pernah berpikir bahwa ketakutan yang saya miliki sudah mengganggu kehidupan sehari-hari saya dan perlu ditangani secepatnya. Ataupun jika mereka tidak tahu apa yang menjadi ketakutan saya, mereka tidak pernah mencari tahu :')
Ketakutan tersebut sepertinya dengan baik bisa ditangani. Dengan saya yang selalu menghindar dari ayunan. Karena buktinya terlepas dari 8 bulan, saya bisa belajar didalam kelas sendiri, walau tetap dengan perasaan was-was.
Beranjak dewasa sialnya ketakutan terhadap ayunan tidak kunjung usai, malah merambat ke banyak aspek lainnya. Ayunan yang bergerak saya asosiasikan dengan banyak hal yang juga bergerak. Sebagai contoh angin, saya takut dengan angin karena angin membuat benda-benda enteng berayun. Saat upacara bendera masa SMA, saya pasti ke toilet setidaknya satu kali karena merasa takut ketika tiba-tiba hari itu angin sedang berhembus kencang, atau karena bunyi bendera yang sedang berkibar.
Berada di mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, saya juga merasa takut. Apalagi kalau mobil berada di kawasan seperti puncak dengan jalan yang meliuk-liuk, habislah sudah. Tidak sampai disana, saya juga mengasosiasikan lagu dengan sesuatu yang berayun. Ketika lagu didengarkan, lagu memiliki tempo dan saya mengasosiasikan bahwa tempo lagu tersebut seolah sedang berayun.
Ya, fobia ini sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Saya harus susah payah meminta supir taxi untuk mencopot segala aksesoris di mobil yang menggelantung dan berayun. Saya harus merasa tertekan, takut, cemas bukan main, dan harus secepatnya pergi ke tempat tenang agar ketakutan tersebut hilang.
Kenapa bisa fobia ini muncul?
Ketika berusaha untuk melihat ulang masa lalu, sepertinya fobia ini muncul saat saya menaiki wahana kora-kora di Dufan dan wahana tersebut membuat saya merasa takut. Pertanyaanya "masa iya anak dibawah 3 tahun bisa naik kora-kora?" mengingat ketakutan saya muncul pada usia 3 tahun. Mungkin saja bisa. Apabila ketakutan saya terhadap ayunan bukan karena kora-kora di Dufan dan jika logikanya saya menaiki kora-kora di atas umur 3 tahun, maka seharusnya saya tidak mungkin mau menaiki kora-kora karena sejak umur 3 tahun untuk mendengar suara ayunan saja saya takut.
*update
Setelah saya telaah lebih dalam sepertinya penyebab awal fobia ini muncul bukanlah kora-kora, melainkan sirkus yang saya tonton pada saat saya masih kecil bersama kedua orangtua saya. Saya masih ingat saya menangis kencang karena melihat anggota sirkus berlaga di ayunan yang berayun panjang dari ujung ke ujung. Saya menangis dan minta keluar, namun orangtua saya sempat menahan saya hingga akhirnya kami keluar. Sejak saat itu saya takut dengan ayunan dan segala hal yang berayun.
Bagaimana perasaan orang yang memiliki fobia?
Se ta kut itu. Panik, cemas, takut, terancam, dan perasaan buruk lainnya. Fobia bukan sesuatu yang mudah bagi mereka yang memilikinya. Maka dari itu stop bercanda akan ketakutan oranglain, karena saya tahu betul rasanya takut dan selalu ingin kabur dari situasi yang saya takuti.
Saya merasa ketakutan yang saya miliki ini sangat amat menyusahkan. Apabila seseorang takut terhadap kucing, maka agar tidak takut langkah yang bisa diambil adalah tidak dekat-dekat dengan kucing atau menjauh ketika mulai melihat kucing dari kejauhan.
Tetapi bagaimana dengan angin? Dengan benda yang berayun? Seperti bendera? Daun? Pohon?
Sulit sekali untuk menghindari kondisi tersebut.
Ketika rasa takut muncul, apabila lari dari kondisi tersebut tidak memungkinkan maka yang saya lakukan adalah memberikan pikira positif seperti "gak apa-apa kok de, kenapa harus takut?/ bayangin ayunan nya udah patah jadi gak bisa goyang lagi/ emang ayunan berbahaya? kan gak, kenapa harus takut" dan pikiran tersebut membantu walau butuh proses yang cukup lama dan menyiksa. Cara lainnya adalah dengan menutup telinga (digunakan saat SD, saat ini sudah jarang). Karena bagi saya saat menutup telinga, saya tidak dapat mendengar apa-apa dan bagi saya perasaan yang muncul adalah rasa tenang, seolah-olah angin sudah tidak ada.
Kalau ada orang yang enggan menghilangkan rasa fobia, karena enggan dihadapi dengan apa yang ditakutkan, tapi..
S A Y A
S A N G A T
M E N G I N G I N K A N
T E R A P I
Sudah sangat mengganggu, sangat mengganggu.
Pesan moral bagi pembaca yang tidak memiliki fobia:
Mungkin bagi sebagian dari kalian, ketakutan yang dimiliki oranglain terlihat sepele dan seharusnya tidak ditakuti. Kadang menertawakan dan menghadirkan objek yang ditakutkan orang tersebut menjadi sesuatu yang dianggap seru. Percayalah, bahwa rasa takut yang dirasakan orang yang memiliki fobia sangatlah menakutkan. Tolong jangan pernah ucapkan "gitu aja takut", didepan mereka yang memiliki fobia. Iya, memang betul begitu saja takut, karena memang benar-benar semenakutkan itu bagi mereka. Jangan pernah meremehkan rasa takut oranglain, walau rasa takut tersebut bagi anda adalah hal yang sepele, seperti ketakutan terhadap karet gelang yang mungkin bagi anda sangat irasional. Memang, fobia adalah ketakutan yang irasional.
Percayalah, fobia tidaklah mudah bagi yang memilikinya.
2 komentar
Iyaa.. Saya juga merasakannya, rasa takut sama benda berayun, ntah jendela, pintu, ayunan, sampai bola basket pas pertandingan aja bisa langsung saya minta ganti ke coach lalu lari ke tempat hening buat ngilangin rasa takutnya😭 paling ga nyaman pas jaman sekolah bulan agustus pasti banyak angin dan itu bikin semua jendela dan pintu disekolah nutup buka nutup buka, udah kaya orang kesetanan aja pas itu keringat dingin, cemas, takut, pingin nangis, pingin lari tp posisi lagi pelajaran
REPLYSo, please guys, jangan ketawain dan nakutin kita yg punya phobia gini, karena ini bener bener menakutkan bagi kami penderitanya
Setelah sekian lama mencari tahu tentang ketakutan saya, akhirnya saya nemuin tulisan yang bisa dibilang merepresentasikan apa yang saya rasakan selama ini. 😢
REPLYKalau boleh tau bagaimana atau apa tindakan yang anda lakukan untuk mengurangi ketakutan ini? Karena untuk saya rasa takut yang berlebihan pada ayunan, benda berayun,lagu yang bertempo atau sesuatu yg bersuara keras dan bahkan saya takut untuk membuka dan menutup pintu atau jendela ini sangat mengganggu kehidupan sehari - hari😰
Anyway terima kasih sudah sharing, saya merasa tidak sendiri 😊