Hiruk pikuk kota bergantikan suara angin yang berhembus tanpa cela
Berbeda, sunyi, hampir kosong

Sekumpulan orang bertatap muka lewat media, itu saja sudah terasa bahagia
Berbekal internet, gadget, AC, dan game, kita sedikit bisa bertahan untuk di rumah saja
Satu minggu, dua minggu, berganti satu bulan, dua bulan....
Waktu berlalu dengan cepat, perdebatan batin semakin hebat. Aku ingin bebas, keluar dan tertawa dengan kerabat, meminum segelas kopi, dan menghembuskan asap di malam hari.

Lucunya kondisi yang tidak biasa ini, mengharuskan kita tetap produktif seperti biasanya
Harus meeting, sekolah, kuliah, dan aktifitas lainnya yang terasa aneh dikerjakan di rumah
Harus mengembangkan diri di sela-sela pandemi katanya. Biar nanti kalo masuk kerja dan ditanya "selama ini ngapain aja?" ada jawaban berbobot yang muncul dengan penuh rasa bangga

Sampai kapan?
Pertanyaan ini yang paling menyiksa
Menyiksa karena tidak akan pernah ada yang bisa menjawab kapan semuanya dapat berjalan seperti sedia kala

Aku merindukanmu, merindukan kita, yang dulu duduk asik bercerita tanpa jarak
Memelukmu, merangkulmu, tertawa bersamamu

Semua ini mengingatkanku kepada orang-orang yang tidak pernah ku sangka akan begitu ku rindukan kehadirannya.