Minggu, 04 Maret 2018



Kenapa lebih baik menyalahkan korban dibandingkan mempertanyakan sikap perilaku?

Isu ini sudah sering sekali dibahas di sosial media. Ada kubu pembela korban dan ada kubu yang menyalahkan korban. Tingkat pemerkosaan yang tinggi sering kali dikaitkan dengan pakaian yang tidak pantas. Perempuan diminta untuk menutupi tubuhnya, menutupi siapa dirinya sendiri untuk menjadi oranglain, demi menjaga birahi laki-laki. Sebagian dari kita berfokus pada pakaian perempuan, hingga lupa mempertanyakan keharusan laki-laki untuk menjaga dirinya dari nafsu liar bak binatang. Wajar kaum perempuan, apalagi mereka yang feminis, berteriak kencang tidak setuju. 

Beberapa waktu lalu, seseorang di Twitter bercerita pengalaman seorang wanita bercadar yang fotonya digunakan untuk memuaskan birahi laki-laki. Laki-laki itu mengirim pesan kepada wanita tersebut di Instagram dan mengirimkan foto yang selama ini dia simpan sebagai alat pemuas khayalannya. Ia berkata sudah selesai menggunakan foto tersebut dan berniat mengembalikannya. Laki-laki ini juga mengaku bahwa wanita bercadar memberikan kesan spesial tersendiri baginya, mata wanita yang tertangkap foto membuat rasa penasarannya memuncak. Ia terus menerus memikirkan tiap lekuk tubuh wanita tersebut dan membayangkan bisa menelusurinya. 
Wanita itu bercadar, tertutup tubuhnya, hanya tersisa mata. Mengapa bisa memancing nafsu laki-laki?
Jadi, ini bukan soal pakaian terbuka kan?

Pelaku pemerkosa yang seharusnya dinilai salah dan harus bisa menahan dirinya. Atas dasar apapapun, pemerkosaan tidak akan pernah bisa dianggap sebagai tindakan yang benar. Mengejutkan karena beberapa orang berpendapat bahwa laki-laki memang sulit menahan nafsunya. Seolah hal tersebut diwajarkan dan wanita lah yang harus menahan diri agar tidak merangsang nafsu laki-laki, dengan cara berpakaian tertutup.
Nafsumu yang harus dikendalikan. Bukan baju wanita yang harus dipermasalahkan. 

Dalam sebuah perbincangan di Twitter, tidak sedikit laki-laki juga setuju bahwa nafsu pemerkosa yang perlu dikendalikan, bukan baju wanita yang harus diatur. 
"Gw kayaknya kalo nafsu, gak langsung pengen perkosa orang juga" ujar salah satu pengguna Twitter.

Mungkin memang benar, pakaian wanita yang terbuka dapat memancing nafsu laki-laki. Memang benar, tubuh wanita yang terbuka dan dapat dilihat oleh mereka, membuat mereka ingin menyicipinya. Lantas pemerkosaan menjadi hal yang sah dilakukan? 

Pakaian wanita yang salah? Bukan nafsu liar pemerkosa yang harus di kendalikan?

Kadang mereka berkomentar untuk menyalahkan wanita yang diperkosa. Bahkan ada yang berpikir bahwa wanita 'terlihat' menikmati ketika di perkosa. Menyalahkan pakaian wanita yang menjadi penyebab ia di perkosa. Saat itu juga mereka lupa betapa besar luka yang sedang wanita itu rasakan, ditambah komentar oranglain yang semakin membuatnya merasa bersedih. Mirisnya tidak jarang komentar tersebut muncul dari mulut seorang wanita.

Mengapa harus korban yang merasa malu?
Mengapa harus korban yang mendapatkan perlakuan sosial yang berbeda?
Mengapa harus korban yang dipandang berbeda? Hina?

Jadi... Pakaian wanita yang salah? Bukan nafsu liar pemerkosa yang harus di kendalikan?

*Laki-laki dalam konteks tulisan diatas adalah mereka yang melakukan tindakan pemerkosaan*

Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates