Minggu, 18 Februari 2018

https://favim.com/image/2921626/


LGBT menjadi isu yang setiap harinya semakin hangat diperbincangkan.
Banyak sekali tanggapan-tanggapan mengenai LGBT. Ada yang pro, tapi banyak sekali yang kontra.

Yak! Kalo ada yang baca tulisan ini dan benci banget sama LGBT, gw pasti di hujat abis-abisan nih dianggap mendukung kaum LGBT.

Dulu waktu gw SMA, sekitar empat tahun yang lalu, gw tidak masalah/keberatan dengan keberadaan LGBT asal mereka gak merugikan gw. Terus dulu gw menganggap LGBT itu karena pergaulan. 
Lho kok mikir gitu?!
Suatu hari gw ikut semacam open house di fakultas psikologi di salah satu kampus negri ternama di Indonesia. Setelah psikolog/dosen tersebut membicarakan isu LGBT, gw keluar kelas dan mengajak beliau berbicara. 

"Bu, apakah ketika kita bergaul dengan banyak orang yang LGBT, kita juga bisa ikut LGBT?"
"Iya... Kalo jumlah mereka banyak dan misalkan kita sendiri, ya kita bisa keikut"
"Oh,  terus gimana dong Bu?"
"Ya ada baiknya berjaga-jaga dan mengambil jarak"

Gw lupa gimana tepatnya dosen itu ngomong, yang pasti gw menangkap bahwa dia mengilhami LGBT bisa menyebar akibat pergaulan. Sebagai anak SMA yang baru mau kuliah, gak mau ribet cari sesuatu lebih dalam, dan menganggap 'ahli' selalu benar, gw juga ikut mengilhami itu. Ya masa psikolog salah?! 

Akhirnya gw kuliah psikologi, bukan di kampus itu, dan pembahasan LGBT atau isu sensitif lainnya bukan sesuatu yang aneh buat dibahas di kelas. Semester 1 atau 2 gw lupa, gw dan kelompok membahas LGBT dan mempresentasikannya di kelas. Akhirnya gw cari tahu dan mendapatkan jawaban lain mengenai isu LGBT.

Sampai saat ini yang gw yakini...

LGBT tidak menular. Bermain dengan kaum LGBT tidak lantas membuat seseorang menjadi LGBT. Mau main sama mereka yang jumlahnya ratusan kek, gak akan menular. 

LGBT bukanlah sebuah penyakit
Dulu LGBT masuk ke dalam DSM II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yap! dianggap sebagai mental disorder. Setelah itu dihapuskan. 

No, lesbian, gay and bisexual orientations are not disorders. Research has found no inherent association between any of these sexual orientations and psychopathology. Both heterosexual behavior and homosexual behavior are normal aspects of human sexuality. Both have been documented in many different cultures and historical eras. Despite the persistence of stereotypes that portray lesbian, gay and bisexual people as disturbed, several decades of research and clinical experience have led all mainstream medical and mental health organizations in this country to conclude that these orientations represent normal forms of human experience. Lesbian, gay and bisexual relationships are normal forms of human bonding. Therefore, these mainstream organizations long ago abandoned classifications of homosexuality as a mental disorder (American Psychological Association)

http://www.apa.org/topics/lgbt/orientation.aspx 
Link ini banyak sekali pertanyaan dan jawaban seputar LGB

Jadi, jangan berpikir bahwa LGBT adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat. Banyak sekali orang-orang di medai sosial yang 'ceritanya' berpandangan positif terhadap kaum LGBT, memandang mereka sebagai kaum yang perlu di kasihani, dan meyakini bahwa mereka perlu di tolong dan di berikan obat. Maaf untuk yang meyakini ini, tapi yang gw tahu gak ada obatnya. Ini bukan kayak sakit flu.

Genetik.
Atas dasar cari tahu dari beberapa sumber, akhirnya gw meyakini bahwa LGBT merupakan faktor genetik. Kalo mau tahu lebih banyak, coba deh cari di Google. Ada yang bicarain dari struktur otak dan sebagainya.

Sebenernya ada banyak banget versi yang ngebahas LGBT. Ini memang membingungkan sih. Denger cerita dosen tentang kliennya, akhirnya tau satu fakta baru soal LGBT dan malah makin bingung. 

Btw, sebel banget kalo ada orang ngomong "Dulu gak ada LGBT LGBT an, makin kesini makin kacau"
Dulu gak ada? Dulu mereka gak sekencang sekarang menyuarakan orientasinya
Yakin seyakin yakinnya, love wins di luar sana juga memberikan dampak bagi teman-teman LGBT di Indonesia yang akhirnya mulai berani mengaku dan berbicara. 

Gak perlu sependapat dengan penjabaran diatas, yang perlu adalah mencari tahu lebih mendalam tentang LGBT. Kalau sudah merasa tahu banyak, sudah pintar, dan membaca dari sumber yang tepat, silahkan berpendapat dengan cerdas. Gw pun masih banyak baca dan cari tahu.

Tapi yang jauh lebih penting daripada pemahaman kita mengenai LGBT adalah mengingat bahwa mereka juga manusia biasa, yang ingin hidup damai dan dihargai, serta dilindungi oleh HAM. Sekarang banyak sekali pihak yang mengecam kaum LGBT. Dari masyarakat biasa hingga peraturan-peraturan yang ingin dibuat untuk 'menanggulangi' LGBT. Kayak gak ada masalah yang lebig besar aja di Indonesia yang harus lebih dulu di selesaikan -_-

Semakin parah perlakuan kita terhadap mereka yang rasanya gak perlu dilakukan. Terlalu jahat. Bahkan ada yang salah sasaran :(


Photo : Facebook (Indonesia Feminis)

Photo : Facebook (Indonesia Feminis)
Beberapa waktu lalu juga pernah tersebar vidio dua orang laki-laki yang naik motor bersama dan berpelukan saat kendaraan terhenti. Perempuan yang mengabadikan vidio tersebut mengingatkan agar mereka tidak berpelukan di jalanan. Dari perkataan dan cara berbicara perempuan itu, tentu mengarahkan pendapat masyarakat bahwa mereka berdua adalah pasangan gay. Setelah vidio itu viral dan mereka berdua mendapat hujatan dari netizen, terungkap bahwa keduanya benar kakak adik seperti ungkapan mereka didalam vidio. Karena vidio yang tidak penting itu, mereka akhirnya harus menanggung malu. Apa iya perlu sampai seperti ini?

Yang perlu kita semua tahu, teman-teman LGBT itu juga hidup dengan keadaan yang tidak mudah. 
Apakah mudah hidup sebagai bagian dari LGBT di Indonesia? Negara yang meneriakkan dengan kencang untuk meniadakan kaum LGBT?
Apakah mudah menerima bahwa diri mereka berbeda?
Apakah mudah untuk hidup bersembunyi-sembunyi?

Sepertinya hidup mereka sudah sangat sulit dan rasanya menjadi lebih sulit saat mereka terus menerus di hujat dan di salahkan. 
Gak dikit loh dari mereka yang gak bisa menerima keadaan mereka dan mengungkapkan bahwa mereka gak pernah mau/memilih untuk menjadi berbeda dari orang kebanyakan.

Kita tidak perlu sampai mendukung mereka, tapi kita perlu untuk menghargai mereka dan membiarkan mereka hidup dengan perasaan yang mereka punya.

Teman-teman, masih ada banyak sekali masalah yang jauh lebih besar dan perlu diperhatikan daripada berfokus bersikap keras dan mengecam kaum LGBT.

Salam perdamaian!

Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates