Sabtu, 24 Februari 2018



Seorang wanita memutuskan untuk mengambil tanggungjawab yang besar. Bermodalkan rasa penasaran dan berpikir mampu untuk menyelesaikan segalanya, wanita ini terus maju untuk tetap berjuang. Didalam perjalanannya, banyak sekali rintangan yang membuatnya sering kali tersandung, terjatuh, bahkan tidak mau lagi berjalan diluar rumah karena banyaknya bahaya yang datang menghampiri.

Dengan membawa tas yang berat, melangkah menyusuri setiap jalan yang terasa gersang, dan sesekali berhenti untuk menjawab mereka yang ditemui disetiap perempatan dan bertanya "Bagaimana kabar tanggungjawab yang waktu itu kau ambil?" sejuta senyuman dan usaha untuk menjelaskan selayaknya semua berjalan dengan sempurna, padahal tidak juga.
Pundak mulai lelah menopang beban berat yang rasanya hanya ditumpu sendiri. Rehat sejenak untuk duduk dan bersantai rasanya menjadi tidak mungkin. Terlalu banyak yang membutuhkan penjelasan, terlalu banyak yang bertanya, terlalu banyak yang harus diselesaikan, dan tidak ada waktu bagi sang penjawab untuk lengah walau sedetik.

Bagaikan sebuah lingkaran yang tidak akan usai, wanita ini harus berusaha menyelesaikannya dengan baik. Hingga lingkaran menemukan jalan lurus untuk maju melangkah, dan itu bukan perkara mudah.

Ketika kepala mulai menduduk karena lelah, beban dipundak rasanya semakin sulit untuk di topang sendirian, beberapa orang hilir mudik menghampiri hanya untuk menyapa dan memberikan kehangatan sesaat. Pada akhirnya, malam hari hanya akan dilalui sendiri oleh sang wanita. Ditemani dengan sejuta rencana, dugaan, dan strategi terbaik yang bisa ia jalani. 

Mereka yang senantiasa bertanya dan mengikuti wanita ini dari belakang, satu persatu mulai berkhianat. Perbedaan visi dan misi mungkin menjadi salah satu alasan. Mereka mulai memisahkan diri dari barisan dan mencoba meninggalkan sang wanita yang masih tetap harus berdiri tegap di barisan terdepan, mengangkat kepalanya, dan memberikan keputusan terbaik bagi semua. 

Karena semua akhirnya hanya bertanya pada dirinya
"Kenapa? bagaimana? siapa? mengapa? kapan? dimana??" seolah dirinya harus selalu menjadi kunci dari setiap pertanyaan yang diberikan padanya. 

Wanita ini melangkah menyusuri jalan. Menghadap kedepan dan tegap ia memimpin barisan. Wajahnya layu, cemberut, menangis, dan sesekali tertawa melihat rintangan didepan kakinya yang harus ia injak agar pengikutnya dapat berjalan dengan mulus tanpa merasakan sakitnya menginjak bebatuan yang tajam. 
"Hey! Kapan kita sampai?!"
Menoleh ia melihat kebelakang. Merubah segala raut kesedihan yang ia tampilkan hanya untuk dirinya sendiri. Merubahnya dengan senyuman manis dan sapaan hangat agar mereka percaya bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates