Rabu, 05 September 2018



"gw minta duit dulu deh ke nyokap"
Sekarang berubah jadi
"gw gak ikut deh, gak ada duit"

Roda berputar. Banyak hal berubah dalam kehidupan, salah satunya perekonomian keluarga. Entah kenapa sekarang ini banyak banget anak seusia gw yang keluarganya sedang mengalami krisis ekonomi. Salah satunya ya gw.
Sebenernya krisis perekonomian di keluarga gw udah terjadi sejak gw kelas 2 SMA, tapi di semester 7 ini, gw baru ngerasain bahwa segalanya semakin memburuk. Kalo dulu masih bisa ke Plaza Semanggi beli Chatime sama Crapes hampir tiap hari, kalo sekarang buat beli minuman manis 6 ribu aja gw pikir berulang kali, karena kok kayaknya mendingan beli air 2 liter yang harganya 5 ribu ya. Banyak dan murah. Terlalu jauh perubahannya, gw pun kaget.

Gw adalah anak manja yang memiliki prinsip bahwa kuliah adalah langkah terakhir dalam hidup untuk menikmati hari-hari sebagai bocah yang tidak perlu memikirkan uang. Waktunya berkembang dengan belajar dan berorganisasi, bukan waktunya mencari uang. Sayangnya prinsip yang gw punya gak sejalan dengan kondisi keluarga gw saat ini.

Liburan semester 6, gw beberapa kali ditawarkan pekerjaan dan gw menolak. Gw males. Gw memilih untuk tidur di rumah, hemat tenaga, dan bersiap untuk semester selanjutnya. Hingga akhirnya menjelang semester 7, rencana perbaikan kondisi perekonomian keluarga tiba-tiba gagal karena pihak lain. Gw yang semester ini mau ngekos sampe harus berdebat panjang lebar dan membuahkan tangisan satu keluarga karna kondisi memang sangat tidak memungkinkan. Dengan egois gw menuntut agar gw tetap bisa ngekos, tanpa benar-benar memikirkan kondisi keluarga, tapi gw butuh untuk tinggal didekat kampus. Gw memkasakan keadaan.

Hingga akhirnya gw ngekos, gw menyadari secara langsung betapa krisisnya rumah saat ini. Sulitnya gw mendapat uang, makanan, dan fasilitas lainnya. Saat itu gw menyadari bahwa gw butuh kerja, gw butuh punya pemasukan. Karena orangtua gak bisa membayar kosan.
Gw ngekos dengan perasaan gak tenang. Tiap malam gw bengong dan mikirin gimana caranya buat bayar. Gw gak tau harus menuntut siapa, gw gak tau harus gimana, gw gak tau gw punya jalan keluar apa.

Gw menerima pekerjaan menjadi observer secara profesional, untuk kegiatan salah satu universtas di Jakarta. Gw tergiur dengan bayarannya yang mampu membayar biaya kosan gw bulan September ini.
Kegiatanya empat hari, outdoor di gunungdan mengharuskan gw untuk hiking sangat jauh. Awalnya gw menolak pekerjaan ini karena gw tau kondisi fisik gw yang sangat tidak memungkikan, tapi akhirnya gw memaksakan diri, gw mengikuti sesuatu yang diluar kapasitas gw hanya karena gw butuh uang. Gw butuh hidup di kosan.

Gw pinjem duit temen gw untuk bayar kosan bulan Agustus dan diganti sama orangtua di akhir bulan. Gw menunggak bayar kuliah ketika sebelum-sebelumnya bokap selalu bayar cash. Terlalu banyak perubahan, terlalu cepat, dan gw terlalu kaget menghadapi semuanya.
Gw berharap setengah mati dapet tempat kerja yang kasih gw bayaran. Gw interview ke berbagai tempat dan hasilnya sia-sia. Hidup gw di kosan hampa, gw terlalu sering diam dan berpikir. Gw gak bisa tenang sampe gw tau caranya dapet duit dan bisa bayar kosan.
Hingga suatu hari salah seorang teman menawarkan lowongan pekerjaan. Tanpa pikir panjang gw setuju dan bekerja disana, bayaran yang akan gw dapat juga mampu menutupi biaya kosan.

Sekarang gw tau rasanya hidup tidak tenang. Ternyata rasanya beda ketiga pusing memikirkan organisasi dan kuliah dengan ketika memikirkan bagaiman caranya mendapat uang. Hidup gw berubah seratus delapan puluh derajat. Gw baru benar-benar paham betapa pusingnya kedua orangtua gw memikirkan uang, memikirkan mahalnya biaya keperluan kuliah, dan banyaknya uang yang harus dikeluarkan untuk gw.

Semua mengubah hidup gw. Mengubah rasa bersyukur yang muncul karena hal-hal yang dulunya dianggap biasa, menjadi luar biasa. Menikmati setiap kebahagiaan kecil yang gw terima.
dan menyadarkan gw bahwa ini memang waktunya gw untuk berdiri di kaki sendiri, bukan lagi berada di belakang bayang-bayang kedua orangtua gw.

Situasi berubah, manusia berubah.
Hidup memang meyebalkan, perubahan selalu terjadi ketika manusia belum merasa siap.
dan memang tidak akan merasa siap.

Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates