Sabtu, 13 Maret 2021

 Permisi, mau bahas hal sensitif nih. Tolong dilepas dulu semua beban di pundak biar bacanya gak penuh dengan kemarahan yah. Ya karena mungkin tulisan ini akan menyinggungmu, tapi bukan itu point-nya. Simak dengan santai ya!

--

Kita itu hidup di dunia yang berantakan. Kalo kata quotes "this is a cruel world and yet so beautiful".  Mari kita singkirkan sebentar si 'beautiful' karena sejatinya dunia ini lebih sering dianggap 'cruel'. Gw mau capture kata-kata yang sering gw baca di sosial media:

"kalo gak ada duit ya kerja, investasi"

"kemiskinan itu lingkaran setan"

"percuma kalo duit banyak tapi mental miskin, duitnya akan habis gak bermakna apa-apa" 

VS

"lo enak ngomong gitu, karena hidup lo penuh dengan privilege"

"orang kaya diem aja, mana pernah lo ngerasain abcdef-z"

"iya lah dia sukses, orang kaya/dia kan anaknya si itu/starting point kita berbeda"


Apakah lo menyadari kalo lo itu hidup di gelembung lo sendiri? Ya, mungkin lo merasa udah liat-liat gelembung orang lain, menyentuhnya, bahkan mungkin pernah masuk sesaat ke sana. Tapi, lo tetap ada di gelembung lo dan gak benar-benar tau gelembung orang lain. Bagi gw ini valid. Paragraf ini udah jelas mau mengatakan bahwa: Yuk gak usah menghakimi orang lain, karena sejatinya lo emang gak ngerti apa-apa. Sebagaimanapun lo berusaha mengerti dan belajar, lo gak benar-benar ada di gelembung itu. Ya, lo bisa empati dan ikut bahagia atau sedih akan kondisi orang lain, tapi lo gak bener-bener mengalami kesedihan atau kebahagiaan itu. "I know how you feel" is overrated. Because you're not, baby. Bahkan walaupun lo pernah melalui cerita yang sama, cerita kalian tetap berbeda. 

Kata-kata gw di atas berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali. Hey kamu yang kaya raya, kamu gak tau apa yang orang miskin hadapi, gak usah ngomong soal investasi, buat makan besok gimana aja sampe tengah malem masih muter otak. Hey, kamu yang miskin, kamu cuma liat betapa bahagianya hidup mereka bergelimang harta, mungkin karena kamu gak punya itu, kamu menginginkannya, makanya kamu yakin mereka pasti bahagia, tapi mereka juga punya perjuangan dan dukanya sendiri. Orang miskin tidak selalu malas untuk berjuang. Orang kaya tidak selalu hidupnya mudah dan bahagia. 

YA TAPI KAN PERJUANGAN KITA BERBEDA? 

Oh, jelas. Kalo kata netizen, galau di mobil BMW sama galau di angkot kan beda. Tapi itu gak membuat dukanya jadi berbeda. Kondisi itu gak buat dukanya menjadi lebih baik cuma karena duduk di bangku empuk sambil menikmati AC di tengah-tengah panasnya Jakarta. Kamu sendiri yang bilang kalo "starting point kita beda!" Setuju banget! Mungkin kamu lahir dengan terbiasa berada di level 3, kamu harus berjuang untuk dapetin 7 lagi, sehingga bisa berada di angka 10. Sedangkan mereka lahir di angka 9 dan berjuang untuk dapetin 1 lagi, sehingga bisa berada di angka 10. Buat kamu "ya elah tinggal 1 doang, gw usahanya harus 7", tapi itu gak mengurangi rasa kesulitan mereka saat berjuang mendapatkan si 1 ini. Karena seperti yang kamu bilang, starting point kita berbeda. Cara kalian berjuang berbeda, jaraknya berbeda, tapi sama-sama berjuang. 

LAGIAN APA SUSAHNYA CARI KERJA? NABUNG? INVESTASI?

Susah. Lo tau gak banyak orang di luar sana yang gak tau gimana caranya dapet kerja? Sesimpel karena gak pernah punya pengetahuan kalo ada loh yang namanya jobstreet, bisa apply online, gak perlu keluar uang buat transport. Banyak orang di luar sana gak tau kalo ada kesempatan buat mereka. Mereka takut buat coba melangkah, karena mereka gak tau di depan mereka ada apa. Mereka bukan gak mau coba hal baru, tapi kadang mereka sendiri gak tau hal baru itu apa. Gak semua orang tumbuh dan berkembang di keluarga yang bisa mengajarkan pantang menyerah, berpikir kritis, berpikir analitis, jago berbicara di depan banyak orang, gak semua orang begitu. Perbedaan bagaimana seseorang dididik itu memengaruhi cara mereka melihat dunia. Mungkin lo mikirnya, "duh jaman sekarang, kolot amat" ya karena mereka gak tau pemikiran modern yang lo maksud. Mereka gak ada di lingkungan yang mengajarkan itu. 

Mungkin kata-kata "yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin" bisa diartikan dengan bagaimana si kaya semakin pintar caranya mengasah diri dan mencari uang, yang miskin semakin tenggelam di antara ketidaktahuan, karena tidak pernah ada yang memberi tahu bagaimana caranya. 

Poin dari tulisan ini adalah coba deh sesekali lo liat manusia terlepas dari bagaimana status mereka. Lihat mereka sebagai manusia. Gak usah merendahkan perjuangan orang lain. Jangan merasa yang kamu lakukan lebih baik atau lebih benar. Aku, kamu, mereka, punya perjuangan dan bahaginya masing-masing. 






Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates