Selasa, 08 Agustus 2017

Ia bercerita pada teman terdekatnya, bahwa ia hidup dengan ketidakadilan yang selalu membayanginya. Selama ini bayangan tersebut tidak pernah benar-benar hilang. Hanya berusaha dilupakan.

Dulu hari-harinya selalu dipenuhi dengan pertanyaan "Mengapa aku?"
Dulu setiap detiknya selalu dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian "Mengapa aku mengetahuinya dari orang lain?"
Kini pertanyaan terbesar dalam dirinya adalah "Kapan mereka berbicara?"
Beranjak dewasa, ia mulai berusaha untuk mengerti dan memahami. Namun tidak pernah  benar-benar berhasil.

Efek tak menyenangkan dari ucapan oranglain membuatnya tidak pernah menghargai dirinya dan orang disekitarnya.
Pernyataan yang muncul dimalam hari saat umurnya yang masih berusia 7 tahun, mengubahnya menjadi sosok yang lain.
Kenyataan yang tidak dapat bisa diterima oleh siapapun, terpaksa harus ia terima di usianya yang masih sangat belia.

Ia kuat tetap berdiri dengan kokoh, berusaha tidak menangisi kenyataan bahwa ia sendiri di dunia ini.
Usaha terkuat dikerahkan untuk menjadi dewasa lebih awal
Siapa yang bisa menerima kenyataan sepahit kenyataan yang ia lalui?
Nyatanya ia masih bisa berlari dan tertawa dengan anak lain seusianya, namun dengan membawa beban berat dipundak yang tidak akan pernah bisa dilepaskan. Bahkan hingga saat ini.

Sialnya sejak awal ia selalu berpikir bahwa ia adalah manusia yang terbuang dan tidak pernah diharapkan
Mungkin itu yang kini membuatnya menjadi sosok yang tak ingin dikucilkan
Mungkin sosok yang periang serta ceria disetiap harinya adalah dirinya yang sedang berusaha agar selalu berada diantara oranglain dan membuatnya merasa diterima serta diperlukan

Dia kini duduk memandang laptop yang masih menyala dan berusaha mengingat segala kenangan pahit yang ia terima sepanjang hidupnya.
Pahit ketika merasa dibeda-bedakan
Pahit ketika harus mengakui dan menerima bahwa dirinya memang jauh berbeda dengan yang lain
Pahit ketika harus mengikhlaskan jalan hidup yang sudah diberikan oleh Tuhan

Begitu banyak refleksi diri yang berusaha ia munculkan
Mulai berusaha menghargai sosok yang selama ini ia benci, hingga sekuat tenaga memasang topeng tebal terbaik
Logika berkata apa yang dilakukan memang tidak seharusnya terjadi, namun dilain sisi hatinya begitu sakit untuk berusaha mengerti, bahwa ia sepertinya memang tak berarti

Segala sikap dan perbuatan buruk yang dikecam semua pihak mungkin sebagai perwujudan kekecewaan mendalam, sebagai pelampiasan mulut yang ingin teriak bahwa ia menunggu kepastian. 

Dulu dan kini nyatanya tidak pernah berubah
Semua yang awalnya terasa mulai terlupakan nyatanya hanya berusaha untuk dilupakan
Ketika kembali menoleh untuk melihat sejenak kebelakang, hatinya hancur teriris-iris
Ia tahu dengan pasti bahwa ia tetap bersyukur dan mencintai apapun yang telah terjadi
Namun apa daya, sampai detik ia menuliskan kata-kata ini, ia belum sepenuhnya bisa menerima bahwa ia ditakdirkan menjadi manusia yang tak diharapkan.









Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates