Rabu, 20 Desember 2017



Dikit lagi kita akan meninggalkan tahun 2017 dan memulai sesuatu hal yang baru di 2018, katanya sih gitu.
Gak lama lagi, akan ada aja yang update "udah mau 2018, gw belom dapet pacar" atau "udah mau 2018, gw belom lulus lulus" ya hal-hal semacam itu lah mengenai gagalnya sebuah pencapaian hidup di tahun 2017. Abis itu, ada lagi orang-orang yang mulai membuat dan menuliskan resolusi 2018. Ke toko buku, beli jurnal dan kalender baru, mulai pasang di rumah, nulis di jurnal mengenai resolusi 2018 dan to do list yang HARUS banget dilakukan di tahun 2018.

Ceritanya segala sesuatunya mau di update, jadi serba baru. Potong rambut, biar fresh dan buang sial katanya. Terus, punya semangat baru melanjutkan kegiatan di tahun yang baru. Bersih-bersih rumah karena segala sesuatunya tuh harus banget b.a.r.u. Harus!

Kemudian setelah segala sesuatunya telah dipersiapkan, datanglah malam tahun baru. Ada yang rela macet dan otw berbulan-bulan demi ke Puncak atau Bandung buat makan jagung bakar dan menyalakan kembang api. Mereka yang kaya raya di luar negri rayain natal sekalian tahun baru. Nah! yang kere atau yang gak perduli sama selebrasi tahun baru, ada di rumah duduk sambil nontonin orang-orang pesta tahun baru di TV. Sambil bilang "ngapain gitu ya umpek umpekan gitu, mending di rumah tidur" tapi ada juga yang memilih di rumah dan mengundang teman atau sanak saudara untuk pesta. Apapun itu bentuknya yang pasti merayakan pergantian tahun.

Malam tahun baru tiba. Perhitungan mundur dimulai, petasan mulai ramai di langit warnanya menarik, terompet mulai dibunyikan, ramai sekali suasana pergantian tahun baru. Gak lupa HP udah record jutaan kali tiap momen yang terjadi malam itu, semua orang update di snapgram tentang perayaan malam tahun baru versi masing-masing. "SELAMAT TAHUN BARU!"
Selama setengah jam semua orang larut dalam pergantian tahun baru. Bersalaman dan berpelukan. Ada yang bilang selamat menempuh tahun baru, ada yang minta maaf kalo tahun kemarin ada salah, ada yang cuma loncat-loncat sangkin senengnya. Mungkin seneng karena udah ngebayangin resolusi 2018 yang gak sabar harus di jalanin.

Pergantian tahun baru sudah lewat, semua semakin seru membicarakan resolusi tahun 2018. Beberapa hari berlalu setelah malam tahun baru, semua orang mulai balik pulang ke rumah, beberapa orang mulai kembali kerja, siswa dan mahasiswa masih sibuk menyiapkan semester baru. Semua keadaan normal kembali seperti semula, balik ke rutinitas masing-masing.

Dan ritme kembali normal, layaknya tahun 2017. Setelah hampir satu bulan, beberapa dari mereka mulai sadar.
"Apa spesial nya tahun baru?"

Ketika semua orang tenggelam dalam meriahnya pesta tahun baru, ada banyak hal yang terlewatkan. Tahun baru artinya mereka menua, bumi semakin tua, generasi muda mulai menggantikan dengan generasi sebelumnya, mungkin untuk sebagian orang tahun baru artinya mempunyai tanggungjawab dan rutinitas baru karena di tahun sebelumnya ia baru saja lulus kuliah. Itu artinya mulai hidup penuh dengan tantangan. Tahun baru artinya semakin dekat seorang kepala rumah tangga dengan masa pensiun nya, dan banyak hal yang terlupakan karena kita terlalu sibuk dengan hal-hal menyenangkan yang mungkin akan terjadi di tahun 2018. Kita merayakan pergantian tahun baru tanpa memaknai arti pergantian tahun yang sesungguhnya.

Kemudian, hari demi hari berjalan. Tibalah bulan Desember 2018. Jurnal yang dulu dibeli khusus untuk menuliskan kejadian penting di tahun 2018 kembali dibuka. Eh hanya 5 halaman yang tertulis tinta, sisanya kertas masih kosong. Resolusi tidak berjalan, karena ternyata banyak perubahan sepanjang tahun yang mebuat resolusi menjadi angan belaka. Sebagian orang tidak perduli dengan gagalnya pencapaian resolusi yang sudah dibuat, sebagian orang bingung dan kesal karena resolusi mereka gagal lagi di tahun ini. Jadi sebetulnya apa itu resolusi?

Untuk apa membuat resolusi kalau sebetulnya kita sudah tahu tidak akan menjalani resolusi itu?
Mengapa 'gw harus bisa bangun pagi disetiap harinya dan makan-makanan sehat, gak lagi jajan diluar makanan yang mengandung MSG' hanya direncakan di awal tahun baru dan akhirnya tidak dilakukan. Kenapa gak dimulai dari sekarang?
Embel-embel  tahun baru, mulai segala sesuatunya dari baru, semua gak akan ada yang berubah kalau kita gak mau merubah. To do list, resolusi, atau apapun itu namanya hanya akan ada di angan dan tertulis di jurnal kalau kita hanya menuliskan ide nya saja tanpa memikirkan eksekusinya.
Buat apa?

Resolusi bukan sekedar gaya gayaan "gw punya nih resolusi, nih lo semua liat" tapi resolusi lebih besar daripada itu.
Saat resolusi yang ditulis gagal, semua orang sibuk update resolusinya gak kesampaian
Tapi saat di tahun itu kita mencapai sebuah pencapaian luar biasa dan kebetulan gak ada di resolusi, kita seolah melupakan kejadian itu dan berfokus dengan gagalnya resolusi yang udah dibuat.

Jadi sebaiknya perlu gak buat resolusi?
Perlu!
Resolusi jangka panjang. Pikirkan pencapaianya, cara mencapainya, step kecil yang harus dibuat di tahun depan, tahun depannya lagi, targetkan tahun berapa bisa tercapai. Terwujudlah sebuah resolusi besar berjangka panjang.
Terlalu banyak yang harus kita lakukan dan resolusi bukan satu-satunya yang harus diperhatikan, langkah kecil berarti yang diambil setiap tahunya akan membuat resolusi akhirnya terjalankan.
Untuk resolusi kecil seperti hidup sehat? Ayolah, gak harus nunggu tahun baru. Mulai dari sekarang!

Kalo gw? Anaknya gak resolusi resolusian, jalanin aja. HAHA.


Dea Astari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates